CATATAN PENDIDIKAN - CATATAN RK

(13 - 03 - 2023)


Upaya pemajuan kebudayaan mesti dilakukan sejak dini di sekolah dasar (SD). Termasuk bagaimana melestarikan bahasa dan aksara daerah. Juga kegiatan-kegiatan sastra yang perlu pula dikembangkan di kalangan anak-anak.

Beberapa pemikiran ini jadi alasan SD Inpres Cilallang berencana mengembangkan program inovasi PUSAKA, akronim dari Pemberdayaan bUdaya, bahaSA, Keaksaraan dan sAstra. Kepala UPT SPF SD Inpres Cilallang, Dra Hj Hasniah, menjelaskan melalui program inovasi ini murid-muridnya sejak dini akan mencintai budaya daerahnya dengan terbiasa menggunakan bahasa daerah, membaca karya-karya sastra, serta memahami aksara lontaraq, sebagai warisan budaya Sulawesi Selatan.



Ditambahkan, selama ini ada pembelajaran aksara lontaraq tapi diajarkan oleh guru kelas. Tidak ada guru khusus terkait aksara lontaraq. Namun persoalannya, tidak semua guru kelas juga bisa memberikan pembelajaran aksara lontaraq.

Terkait kegiatan budaya, biasa dilakukan saat pementasan kreativitas seni, menari ganrang bulo dan lain-lain. Jajanan tradisional juga dihadirkan, terutama saat perayaan Hari Kebudayaan Kota Makassar, yang diperingati tanggal 1 April.

Sekolah yang berada di Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, ini punya potensi guru yang cukup besar di bidang seni. Karena ada guru yang berpengalaman dan berlatar belakang aktif di sanggar seni.

Hasniah yang jadi kepala sekolah di SD Inpres Cilallang sejak 2016, sangat ingin mengembangkan program inovasi. Dia kemudian mengajak Rusdin Tompo, aktivis Sekolah Ramah Anak (SRA) dan pegiat literasi berdiskusi tentang rencana program inovasinya itu, di sekolahnya Jalan Cilallang Jaya, Senin, 13 Maret 2023.

Dalam program yang direncanakan tersebut, akan melibatkan para guru, di antaranya Suprawati, S.Pd,  wali kelas 4B, dan Rusniati, S.Pd, wali kelas 3B.

Rusniati mengatakan, dia dahulu juga pernah mengajar aksara lontaraq, sebelum ada guru bahasa daerah. Ditambahkan, memang perlu selalu mengajarkan aksara lontaraq bagi anak-anak supaya mereka  tidak lupa. Katanya, untuk bahasa daerah relatif mudah tapi aksara lontaraq agak sulit. Apalagi ini anak-anak di kota. Bahasa daerah yang dipahami anak-anak juga hanya berupa istilah-istilah umum, dalam komunikasi sehari-hari. Rusniati menilai, budaya tabe'nya anak-anak masih bagus.

Dalam diskusi dengan Rusdin Tompo, disarankan agar melakukan survei dengan membuat kuesioner tentang kebiasaan anak-anak berbahasa daerah atau bahasa ibu, dan pemahaman anak akan aksara lontaraq. Hasil survei akan jadi data base dalam pengembangan program.

Perlu juga dibentuk Tim PUSAKA yang di-SK-an kepala sekolah. Dalam unsur tim juga tergambar stakeholder yang melibatkan partisipasi orangtua. Pelaksanaan program bisa dikerjakan sendiri oleh guru atau dengan melibatkan seniman, budayawan, akademisi atau pegiat literasi.

Untuk mendukung program, perlu pula melakukan program sentuh pustaka, dengan melibatkan Dinas Perpustakaan Kota Makassar. Juga organisasi perangkat daerah lain, seperti Dinas Pariwisata Kota Makassar, Dinas Pendidikan Kota Makassar, dan Dinas Pendidikan Kota Makassar. (*)

0 Komentar