Catatan RK - 1 Maret 2023

Menulis merupakan ungkapan sebuah pikiran di mana tertuang informasi, pengajaran serta pengalaman. Sebagian orang menganggap menulis adalah hal yang sulit, harus melalui pelatihan atau mengikuti sekolah khusus kepenulisan. Ada juga yang mengaitkannya dengan sebuah profesi.

Menurutku, menulis tidaklah sesulit itu. Siapa pun bisa menjadi seorang penulis, asalkan memiliki niat dan kemauan untuk mewujudkannya. Banyak membaca koran, majalah ataupun berita online, dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan kata yang tepat, serta istilah yang sering digunakan. Seperti yang terjadi pada saya. Mungkin orang-orang mengira hobi menulisku otodidak.

Namaku Nur Lela, seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak. Di samping sibuk mengurus pekerjaan rumah dan keluarga, saya mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaur ulang barang bekas. Saya juga menulis cerita dengan tema tertentu yang dimuat pada sebuah buku, atau membuat press release untuk kepentingan kegiatan sekolah anakku. Padahal, saya tidak pernah ikut pelatihan sebelumnya.

Dahulu, saya hanya menulis pada diary yang sedang populer di zaman saya duduk di bangku SD. Selain itu, pengalaman menulis saya dapatkan saat mengerjakan tugas mengarang pada pelajaran Bahasa Indonesia. Bakat menulis tidak kumiliki, yang ada hanya kemauan.

Saya pernah membuat cerita pendek berjudul "Persahabatan Serfa dan Gerda". Cerita itu berdasarkan kisah persahabatanku dengan seorang teman SD. Kami bisa dibilang bestie sejati karena selalu menghabiskan waktu dengan belajar dan bermain bersama. Kebetulan, jarak rumah kami dekat. Namun banyak teman yang iri dengan persahabatan kami. Setelah lulus SD, kami pun terpisah karena sahabatku itu pindah ke pulau Jawa. Sayangnya, buku tulis yang berisi cerita pendek itu hilang entah kemana. Saya hanya menyimpannya dalam ingatan.

Seiring waktu berjalan mengantarku tergabung dalam sebuah organisasi Bunda Pustaka. Organisasi ini merupakan perwakilan dari orang tua murid di sekolah anakku, yaitu SD Negeri Borong, Kecamatan Manggala, Makassar. Untuk kepentingan pembuatan buku tentang Bunda Pustaka, maka setiap anggota diharapkan membuat tulisan terkait dengan pengalaman berorganisasi, maupun pendapat kami tentang Bunda Pustaka.

Beruntung kami dibimbing oleh Bapak Rusdin Tompo, beliau salah satu penggiat literasi dan aktivis perlindungan hak anak. Beliau juga membimbing murid-murid SD Negeri Borong pada kelas minat dan bakat. Selain itu, juga membimbing kami, ibu-ibu anggota Bunda Pustaka, pada kelas menulis.

Kesempatan ini tidak kulewatkan. Banyak hal yang kuceritakan, seperti harus mengambil keputusan yang rumit untuk berorganisasi, suka dan duka berorganisasi, juga pesan dan kesan selama berorganisasi. Menulis pengalaman berorganisasi sangat berkesan bagiku karena tulisanku dan teman-teman dimuat dalam sebuah buku, judulnya BUNDA PUSTAKA.

Kesempatan menulis tidak hanya itu, kepala sekolah tempat anakku menimba ilmu, mengirimkan flyer "Nulis Bareng Kisah Perpustakaan", pada salah satu grup chat sekolah. Kegiatan itu terbuka untuk umum, bagi mereka yang memiliki pengalaman atau cerita tentang perpustakaan. Kebetulan organisasi Bunda Pustaka di bawah naungan SD Negeri Borong pernah terlibat dalam pembenahan Perpustakaan Gerbang Ilmu, yang merupakan perpustakaan sekolah.

Pada kesempatan itu, saya mengajak 3 orang teman dari Bunda Pustaka, yang juga memiliki hobi menulis. Tulisan kami juga dimuat pada sebuah buku. Kali ini, saya menulis bareng bukan hanya dari kalangan ibu rumah tangga, juga dari kalangan pelajar, pustakawan, guru-guru, bahkan kepala sekolah dari beberapa daerah. Judul buku itu, “Eksistensi Perpustakaan di Era 4.0”, terbit tahun 2022.

Pada kegiatan Market Day di sekolah anakku, Bapak Rusdin Tompo memberikan kepercayaan pada saya untuk membuat press release-nya. Ini merupakan tantangan bagi saya, karena saya bukanlah seorang jurnalis. Namun, itu tidak menyurutkan semangat saya. Sebelumnya, saya mewawancarai guru dan beberapa murid terkait kegiatan Market Day, nantinya akan dituangkan dalam press release. Tak lupa saya selalu meminta bimbingan Bapak Rusdin Tompo agar hasil tulisanku menarik untuk dibaca.

Saya tidak pernah membayangkan akan berada pada fase ini, yaitu membuat tulisan yang dimuat pada sebuah buku dan membuat press release. Suami, anak-anak, dan keluarga besarku juga heran, kenapa saya jadi hobi menulis. Yang kulakukan hanyalah mengembangkan kemampuan menulis, jika ada kesempatan menulis.

Seseorang tidak mesti menunggu dewasa untuk membuat karya tulis, sejak dini sudah bisa memulai, contohnya dengan menulis puisi, cerita tentang pahlawan, sekolah atau sahabat. Jangan melewatkan kesempatan yang ada untuk menulis demi mewujudkan hobi.

Jangan takut menulis. Tulislah apa yang ada di pikiran. Menerima kritikan bisa membantu untuk menjadi lebih baik. Jangan lupa bertanggung jawab terhadap tulisanmu dengan tidak membuat tulisan hoax. Manusia suatu saat akan wafat, namun karya tulisannya akan tetap hidup dalam pikiran pembacanya

Oleh: Nurlela

(Anggota Bunda Pustaka UPT SPF SD Negeri Borong Makassar)

0 Komentar