Pengalaman Bermula Dari Menulis Diary Catatan Penting Nurlela Untuk Memulai Menulis
Menulis merupakan ungkapan sebuah pikiran di mana tertuang informasi, pengajaran serta pengalaman. Sebagian orang menganggap menulis adalah hal yang sulit, harus melalui pelatihan atau mengikuti sekolah khusus kepenulisan. Ada juga yang mengaitkannya dengan sebuah profesi.
Menurutku,
menulis tidaklah sesulit itu. Siapa pun bisa menjadi seorang penulis, asalkan
memiliki niat dan kemauan untuk mewujudkannya. Banyak membaca koran, majalah
ataupun berita online, dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan
kata yang tepat, serta istilah yang sering digunakan. Seperti yang terjadi pada
saya. Mungkin orang-orang mengira hobi menulisku otodidak.
Namaku Nur Lela,
seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak. Di samping sibuk mengurus
pekerjaan rumah dan keluarga, saya mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaur
ulang barang bekas. Saya juga menulis cerita dengan tema tertentu yang dimuat
pada sebuah buku, atau membuat press release untuk kepentingan kegiatan
sekolah anakku. Padahal, saya tidak pernah ikut pelatihan sebelumnya.
Dahulu, saya
hanya menulis pada diary yang sedang populer di zaman saya duduk di
bangku SD. Selain itu, pengalaman menulis saya dapatkan saat mengerjakan tugas
mengarang pada pelajaran Bahasa Indonesia. Bakat menulis tidak kumiliki, yang
ada hanya kemauan.
Saya pernah
membuat cerita pendek berjudul "Persahabatan Serfa dan Gerda". Cerita
itu berdasarkan kisah persahabatanku dengan seorang teman SD. Kami bisa
dibilang bestie sejati karena selalu menghabiskan waktu dengan belajar dan
bermain bersama. Kebetulan, jarak rumah kami dekat. Namun banyak teman yang iri
dengan persahabatan kami. Setelah lulus SD, kami pun terpisah karena sahabatku itu
pindah ke pulau Jawa. Sayangnya, buku tulis yang berisi cerita pendek itu
hilang entah kemana. Saya hanya menyimpannya dalam ingatan.
Seiring waktu
berjalan mengantarku tergabung dalam sebuah organisasi Bunda Pustaka.
Organisasi ini merupakan perwakilan dari orang tua murid di sekolah anakku,
yaitu SD Negeri Borong, Kecamatan Manggala, Makassar. Untuk kepentingan
pembuatan buku tentang Bunda Pustaka, maka setiap anggota diharapkan membuat
tulisan terkait dengan pengalaman berorganisasi, maupun pendapat kami tentang
Bunda Pustaka.
Beruntung kami
dibimbing oleh Bapak Rusdin Tompo, beliau salah satu penggiat literasi dan
aktivis perlindungan hak anak. Beliau juga membimbing murid-murid SD Negeri
Borong pada kelas minat dan bakat. Selain itu, juga membimbing kami, ibu-ibu
anggota Bunda Pustaka, pada kelas menulis.
Kesempatan ini
tidak kulewatkan. Banyak hal yang kuceritakan, seperti harus mengambil
keputusan yang rumit untuk berorganisasi, suka dan duka berorganisasi, juga
pesan dan kesan selama berorganisasi. Menulis pengalaman berorganisasi sangat
berkesan bagiku karena tulisanku dan teman-teman dimuat dalam sebuah buku,
judulnya BUNDA PUSTAKA.
Kesempatan
menulis tidak hanya itu, kepala sekolah tempat anakku menimba ilmu, mengirimkan
flyer "Nulis Bareng Kisah Perpustakaan", pada salah satu grup chat
sekolah. Kegiatan itu terbuka untuk umum, bagi mereka yang memiliki pengalaman
atau cerita tentang perpustakaan. Kebetulan organisasi Bunda Pustaka di bawah
naungan SD Negeri Borong pernah terlibat dalam pembenahan Perpustakaan Gerbang
Ilmu, yang merupakan perpustakaan sekolah.
Pada kesempatan
itu, saya mengajak 3 orang teman dari Bunda Pustaka, yang juga memiliki hobi
menulis. Tulisan kami juga dimuat pada sebuah buku. Kali ini, saya menulis
bareng bukan hanya dari kalangan ibu rumah tangga, juga dari kalangan pelajar,
pustakawan, guru-guru, bahkan kepala sekolah dari beberapa daerah. Judul buku
itu, “Eksistensi Perpustakaan di Era 4.0”, terbit tahun 2022.
Pada kegiatan Market
Day di sekolah anakku, Bapak Rusdin Tompo memberikan kepercayaan pada saya
untuk membuat press release-nya. Ini merupakan tantangan bagi saya,
karena saya bukanlah seorang jurnalis. Namun, itu tidak menyurutkan semangat
saya. Sebelumnya, saya mewawancarai guru dan beberapa murid terkait kegiatan Market
Day, nantinya akan dituangkan dalam press release. Tak lupa saya selalu
meminta bimbingan Bapak Rusdin Tompo agar hasil tulisanku menarik untuk dibaca.
Saya tidak
pernah membayangkan akan berada pada fase ini, yaitu membuat tulisan yang
dimuat pada sebuah buku dan membuat press release. Suami, anak-anak, dan
keluarga besarku juga heran, kenapa saya jadi hobi menulis. Yang kulakukan
hanyalah mengembangkan kemampuan menulis, jika ada kesempatan menulis.
Seseorang tidak
mesti menunggu dewasa untuk membuat karya tulis, sejak dini sudah bisa memulai,
contohnya dengan menulis puisi, cerita tentang pahlawan, sekolah atau sahabat.
Jangan melewatkan kesempatan yang ada untuk menulis demi mewujudkan hobi.
Jangan takut menulis. Tulislah apa yang ada di pikiran. Menerima kritikan bisa membantu untuk menjadi lebih baik. Jangan lupa bertanggung jawab terhadap tulisanmu dengan tidak membuat tulisan hoax. Manusia suatu saat akan wafat, namun karya tulisannya akan tetap hidup dalam pikiran pembacanya
Oleh: Nurlela
(Anggota Bunda Pustaka UPT SPF SD Negeri Borong Makassar)
0 Komentar