CATATAN RROKLIM - CATATAN RK

Jakarta, 11 Maret 2023 

Mendapat amanah untuk melakukan kunjungan ke tengah masyarakat dengan akumulasi waktu selama 2 minggu, merupakan pengalaman luar biasa dengan segala hikmahnya. Dua pertemuan dilaksanakan di ruang aula instansi DLH DKI dan Sudin LH Jakarta Timur. Selebihnya sekitar 13 kali kunjungan langsung ke RW-RW di seluruh DKI Jakarta.


Sebagian kunjungan bermodal paparan singkat powerpoint, namun kebanyakan berupa ceramah spontan. Harap dimaklumi umumnya lokasi pertemuan adalah balai RW atau RT pada siang hari, ruangan terbuka dan tidak memungkinkan untuk menayangkan proyektor LCD.


Ceramah spontan maupun berbekal powerpoint ini membutuhkan kombinasi bervariasi agar tetap menarik dengan joke-joke dan kalimat yang komunikatif disesuaikan dengan siapa kita bicara. Kesempatan awal datang ke lokasi digunakan untuk mempelajari situasi, dari ruang pertemuan, kondisi lahan sekitar dan respon audien yang datang.


Pengamatan untuk persiapan presentasi seringnya hanya terekam di kepala atau menuliskan beberapa kalimat kunci dan urutan pembicaraan. Kadang joke-joke juga ditulis biar tidak lupa. Situasi perjalanan menuju ke lokasi dan kondisi kanan-kiri sekitar lokasi sering jadi sumber inspirasi awal untuk membuka presentasi "dengan siapa dan dimana kita bicara". Namanya pertemuan berpindah-pindah tempat di Jakarta memang sering tidak ideal untuk urusan waktu, karena harus berjibaku dengan kemacetan dan sesekali hujan deras. Situasi di lapangan pun bervariasi, ada yang ceramah saja, ceramah plus kunjungan atau kunjungan dulu baru ceramah.


Ceramah awal yang biasanya dibuka oleh tuan rumah dan beberapa sambutan, memberi peluang waktu untuk mempersiapkan konsep ceramah lebih baik. Walau sebenarnya saat menuju ke lokasi sudah terpikirkan juga harus bicara apa. Tapi situasi awal di lokasi akan melengkapi interpretasi. Kita harus observasi siapa tokoh kuncinya. Siapa yang harus disebut namanya. Kadang-kadang menyapa juga dibumbui dengan joke, sehingga seperti obrolan segar penuh canda tawa.


Alur obrolan juga jadi pertimbangan mendalam. Memang lokasinya ganti-ganti, tetapi promotor (para pengiring dari instansi) sering orang-orang yang sama. Walau topiknya sama, kalau isi obrolan pun sama akan cenderung membosankan. Tantangannya setiap lokasi ada hal baru yang disampaikan. Maka ceramah bisa multi topik, dari ilmiah, kebiasaan sehari-hari, kondisi lokasi, spiritual sampai joke-joke yang menyegarkan.


Pakaian juga jadi pertimbangan. Apakah pakai baju, kaos, rompi atau batik. Saya lebih suka selalu pakai rompi untuk menjaga badan tetap hangat dari berbagai cuaca. Tapi kebanyakan lokasi di ruang tanpa AC membuat baju rompi dan batik sering bikin berkeringat. Namun memakai kaos saja juga kurang sopan. Akhirnya muncul kombinasi baju dengan beberapa warna.


Kondisi fisik juga penuh tantangan. Kadang sehari harus ceramah dua kali pada kota yang berbeda, misal pagi di Jakarta Utara dan sorenya di Jakarta Timur. Posisi keduanya sering berjauhan. Maka transportasi menjadi tantangan tersendiri. Biasanya perjalanan digunakan untuk istirahat (mengantuk) dan merenungkan materi apa yang harus disampaikan.


Singkat cerita, modal awal pengalaman sebagai penceramah sejak jaman SMA belajar kultum (kuliah tujuh menit), aktif di organisasi, mengajar di kampus, presentasi penelitian di pemda-pemda, berbagai meeting di kementerian dan beberapa kali jadi trainer (biasanya narasumber tunggal selama 3 hari, dari pagi sampai sore); membuat kombinasi komunikasi sosial yang menyegarkan. Sehingga sebagian besar audien akan antusias menyimak dan respon wajah-wajah ceria yang membahagiakan. (Muhamad Kundarto)





0 Komentar