Materi pembelajaran muatan lokal penting ditanamkan bagi anak-anak karena akan membentuk karakter dan jati dirinya. Apalagi di era global dengan pengaruh digital yang merasuki dan mempengaruhi anak-anak sejak dini. Dengan muatan lokal itu, diharapkan akan jadi bekal bagi anak-anak dalam kehidupannya kelak.


Pentingnya bahasan ini membuat Dinas Pendidikan Kota Makassar mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). FGD ini menghadirkan Yasmain Gasba, S.Pd, M.Pd, dari Dinas Pendidikan Kota Makassar, Chaeruddin Hakim, S.Pd, M.Pd, pendidikan dan seniman, serta Rusdin Tompo, penggiat sekolah ramah anak.


FGD yang dipandu Sriyenti Taufiq ini, dihadiri guru-guru PAUD dan Kepala Taman Kanak-Kanak (TK) ini diadakan di Aula TK Melati DWP UNM, Jalan Mapala Raya, Rabu, 2 Agustus 2023. Tujuan FGD untuk mengembangkan nilai-nilai lokal sesuai ciri khas dan potensi daerah yang nanti diwujudkan dalam Kurikulum Muatan Lokal PAUD. 


Kepala Bidang PAUD dan Dikmas Dinas Pendidikan Kota Makassar, Masdir, S.Pd, M.Pd di hadapan 80 peserta, berharap program ini mendapat dukungan dari organisasi profesi guru, seperti Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI). Peserta kegiatan ini berasal dari PAUD di 15 kecamatan se-Kota Makassar.


Yasmain Gasba menyampaikan, ini masih dalam suasana tahun ajaran baru. Dinas Pendidikan Kota Makassar akan melakukan kristalisasi muatan lokal. Misalnya, kegiatan outing class ke rumah adat Balla Lompoa, ke museum La Galigo dan lokasi heritage Benteng Somba dan lain-lain. Dinas Pendidikan akan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kota Makassar.


"Nanti kita bikin Festival Muatan Lokal untuk PAUD, yang diikuti murid, guru dan orangtua," kata Yasmain Gasba.


Beberapa PAUD menyampaikan bahwa mereka ada yang sudah menerapkan muatan lokal, sekalipun belum menjadi kurikulum. Muatan lokal itu ada yang berupa lagu, permainan tradisional, dan bahasa daerah. Namun problemnya, terkait bahasa daerah ini, tidak semua anak bisa berbahasa daerah. 


Chaeruddin Hakim, menyampaikan bahwa penerapan muatan lokal itu perlu disesuaikan dengan usia anak di PAUD. Katanya, anak-anak itu peniru yang baik. Sehingga kita sebagai guru dan orang tua perlu menggunakan bahasa yang baik ketika berkomunikasi dengan anak-anak.


Dia menyarankan, waktu pembelajaran muatan lokal harus fleksibel, jangan terlalu lama. Selain itu, disarankan untuk menggunakan metode yang menyenangkan, misalnya melalui lagu atau gambar.


"Jangan diajarkan tapi dicontohkan itu muatan lokal biar lebih mudah dipraktikkan," saran penulis buku Kelong Makassar itu.


Sementara itu, Rusdin Tompo mengatakan, Sulawesi Selatan memang punya Perda Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Perda ini mengatur muatan lokal, yang melingkupi berbagai berbagai potensi dan keunikan lokal. Sayangnya, kata Rusdin Tompo, muatan lokal kita kurang mengeksplorasi kekayaan budaya dan kearifan lokal kita. 


"Materi pembelajaran muatan lokal kita baru sebatas belajar membaca dan menulis aksara lontaraq," jelas pegiat literasi yang juga penulis buku itu.


Rusdin kemudian menyarankan agar dilakukan identifikasi nilai budaya dan kearifan lokal secara partisipatif dalam penyusunan kurikulumnya. Gunakan metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan asyik, yang dilakukan secara holistik integratif. 


Disarankan juga untuk melakukan outing class atau field trip ke lokasi praktik budaya itu dilakukan, misalnya ke tempat pembuatan perahu pinisi atau melihat prosesi adat budaya.  Libatkan seniman dan budayawan sebagai guru kehidupan dan role model. 


"Karena sekarang kita hidup di era digital, maka gunakan semua platform digital sebagai strategi literasi budaya dan pemajuan kebudayaan," pungkasnya

0 Komentar